Integrated Water Quality Monitor Floating Module (Flomo), sebuah alat yang dapat mendeteksi kualitas air sungai berdasarkan suhu, warna, dan kekeruhan air. Indikator-indikator tersebut diambil sebagai standar minimal pencemaran air untuk mengetahui pencemaran air sungai yang terjadi di suatu wilayah.
Air adalah sumber kehidupan dan merupakan kebutuhan utama manusia. Air digunakan dalam berbagai urusan manusia mulai dari kebutuhan makan, kebersihan diri, dan hingga urusan industri dan pertambangan. Mayoritas penduduk Indonesia menggunakan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diberikan Pemerintah. Air bersih didapatkan dari hasil pengolahan sumber air berupa sungai dan atau mata air melalui Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang dikelola oleh PDAM.
Sayangnya sungai dan atau mata air yang digunakan penduduk sekaligus dijadikan sumber air PDAM berpotensi untuk tercemar. Pencemaran didapatkan dari limbah rumah tangga maupun industri. Tidak hanya sungai sebagai sumber, aliran air bersih yang telah diolah PDAM berpeluang untuk tercemar kembali sebelum didistribusikan ke penduduk. Hal ini dikarenakan sungai menjadi muara selokan-selokan dan anak-anak sungai yang mengalirkan sampah atau limbahnya.
Dalam pengawasan tingkat pencemaran air, Pemerintah menggunakan beberapa indikator di antaranya Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang diukur dengan alat Waste Water Test Kit. Sayangnya alat tersebut hanya dapat mengukur satu sampel air sungai dalam satu waktu. Jika ingin memantau tingkat pencemaran suatu wilayah yang ditinjau dari beberapa sumber air atau sungai, diperlukan lebih banyak sampel air sungai dan hasil yang diperoleh hanya menunjukkan kondisi saat itu saja. Hasil perkembangan pengukuran dipantau secara manual di komputer dengan memasukkan data secara berkala. Meski hasil yang dihasilkan lebih valid, pemantauan pencemaran memakan biaya dan waktu yang lebih.
Untuk mengatasi hal tersebut, kami merancang Integrated Water Quality Monitor Floating Module (Flomo), sebuah alat yang dapat mendeteksi kualitas air sungai berdasarkan suhu, warna, dan kekeruhan air. Indikator-indikator tersebut diambil sebagai standar minimal pencemaran air untuk mengetahui pencemaran air sungai yang terjadi di suatu wilayah. Pemantauan pencemaran dilakukan di beberapa sungai sekaligus secara terintegrasi. Penggunaan alat ini cukup dengan mengapungkannya pada sungai-sungai yang akan diuji. Satu Flomo akan diapungkan pada satu aliran sungai. Energi yang digunakan oleh Flomo didapat dari powerbank yang dilengkapi dengan sel surya di atasnya. Hal ini untuk menjaga kelangsungan hidup Flomo ketika difungsikan untuk memetakan pencemaran sungai. Selain itu pada Flomo juga dilengkapi dengan pegangan yang dapat dipasangi jangkar dan atau tali untuk memudahkan dalam penggunaannya. Hasil yang terbaca pada Flomo kemudian ditampilkan pada smartphone atau perangkat PC karena menggunakan basis Web. Flomo yang menggunakan modul ESP8266 dapat terhubung melalui koneksi wifi secara langsung atau dapat dihubungkan pada modem portabel untuk dapat melaporkan secara realtime hasil pembacaan sensor-sensor pada Flomo. Setiap Flomo dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS) sehingga dapat menampilkan data posisi. Flomo yang terintegrasi memudahkan proses pemantauan keadaan pencemaran air sungai. Oleh karena itu, informasi tentang efektivitas pengolahan air yang dilihat dengan membandingkan kondisi air sebelum dan sesudah pengolahan mudah didapatkan. Jika Flomo mendeteksi pencemaran, dapat segera dilakukan tindakan perbaikan pengolahan air atau menghentikan distribusi air yang tercemar. Dengan menggunakan alat ini, diharapkan pemantauan kualitas air sungai untuk menentukan tingkat pencemaran sungai dapat dilakukan dengan efektif dan efisien serta berkelanjutan tanpa mengeluarkan biaya yang berlebih.