PENGUKURAN LIMBAH CAIR TAPIOKA OUTLET



//
Posted on February 23, 2016 at 2:03 PM

//

Mengukur Limbah Cair Tapioka Outlet berbasis Cloud Computing / IoT




Latar Belakang

Provinsi lampung merupakan salah satu produsen tapioka terbesar di Indonesia, hal tersebut didukung oleh luas lahan yang ditanamai ubi kayu yang mencapai 304.000 hektar pada tahun 2014. Ubi kayu yang dihasilkan selanjutnya dikirim ke industri-industri yang tersebar disekitaran kota dan kabupaten di provinsi Lampung untuk diolah menjadi tapioka.

Secara garis besar, ada tiga kategori industri tapioka berdasarkan pada ukuran dan teknologoi yang digunakan yaitu industri berkapasitas kecil, menengah dan besar. Industri tapioka digolongkan kecil bila dia hanya mampu memproduksi bahan baku dibawah 5 ton perhari dengan menggunakan peralatan tradisional. Sedangkan industri tapioka masuk ke dalam kategori menengah manakala mampu memproduksi bahan baku hingga 20 ton perhari dengan menggunakan alat semiotomatis. Industri tapioka masuk ke dalam kategori besar manakala sudah menggunakan teknologi proses produksi mekanis penuh dan mempunyai kemampuan produksi di atas 20 ton bahan baku setiap harinya (Indrasti dan Fauzi, 2009)

Pengolahan ubi kayu pada industri tapioka tidak hanya menghasilkan produk utama berupa tepung tapioka namun juga limbah baik dalam bentuk padat maupun cair. Limbah padat dari industri tapioka dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun sebagai bahan tambah industri makanan. Sedangkan limbah cair akan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk diolah terlebih dahulu hingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintah dan juga pihak terkait. Bila kualitas air telah memenuhi persyaratan yang ada, selanjutnya air tersebut dapat dialirkan ke sungai atau digunakan kembali sebagai air baku.

Permasalahan

Pengolahan limbah cair industri tapioka akan melewati berbagai tahapan proses seperti biologis, fisika dan juga kimia. Pada proses biologis, pengolahan dilakukan di kolam aerob dan anaerob. Proses yang dilakukan di kolam tersebut bertujuan untuk menurunkan kandungan Sianida (CN-) dan senyawa organik yang ada di air Limbah. Sedangkan pengolahan secara fisika dilakukan dengan cara penyaringan dan juga pengendapan untuk memisahkan antara air dan senyawa padat. Sedangkan proses pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang akan bereaksi dengan air limbah sehingga mampu mengendapkan senyawa-senyawa berbahaya. Selain itu proses kimia juga bertujuan untuk menetralkan (pH) air Limbah sebelum dimanfaatkan lebih jauh.

Setiap proses pengolahan yang terjadi di masing-masing kolam harus dipantau dengan baik yaitu dengan cara mengukur kualitas air dimasing-masing pada setiap rentang waktu tertentu. Semakin sering dan akurat proses pemantauan pada masing-masing kolam, maka petugas yang bekerja di IPAL dapat mempersiapkan strategi yang tepat untuk untuk mengoptimalkan proses  pengolahan.

Selama ini pengujian kualitas air pada masing-masing kolam IPAL dilakukan secara manual, petugas pengambil contoh akan mengambil sampel pada titik titik yang telah ditentukan pada rentang waktu tertentu untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Sampel yang didapat diukur kualitasnya dengan peralatan yang telah disediakan. Kendala yang dihadapi bila menggunakan cara ini adalah manakala pengambilan sampel dilakukan pada malam hari dikarenakan industi beroperasi selama 24 jam. Selain itu pemantauan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar manakala kolam-kolam pengolahan air limbah berukuran sangat besar dan berlokasi cukup jauh dari laboratorium

Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sistem pemantauan kualitas air dimasing-masing kolam IPAL yang mampu memberikan data secara realtime dan akurat kepusat kontrol yang selanjutnya didistribusikan kepada para pemangku kebijakan. Dengan menggunakan sistem ini maka proses pemantauan pada instalasi pengolahan air limbah yang luas dan bekerja selama 24 jam tidak akan terlalu berat dan memakan waktu yang banyak.

Tujuan

  1. Membuat prototype pemantau kualitas air limbah secara realtime berbasis cloud computing
  2. Membandingkan akurasi hasil pengukuran menggunakan prototype dengan metode konvensional.

Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan adalah sebuah prototype pemantau kualitas air limbah meliputi suhu, ph, konduktivitas, oksigen terlarut, dan kekeruhan secara realtime berbasis cloud computing yang mampu memberikan hasil pengukuran yang akurat


Leave a Comment:

Please Sign in First

 Lampung